Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (dpl) merupakan gunungapi aktif pertama di dunia yang diusulkan menjadi geopark (taman bumi).
Peneliti Ahli Gunungapi/Geologi dari Badan Geologi Bandung Igan Supratman Sutawidjaja di Mataram, Selasa mengatakan, 53 geopark yang ada di 17 negara sekarang belum ada yang berstatus gunungapi aktif, geopark di Eropa umumnya merupakan bukit “meta sedimen” bukan gunungapi aktif.
Igan berada di Mataram mengumpulkan data dan informasi mengenai Gunung Rinjani berkaitan dengan rencana mengusulkan gunungapi tersebut menjadi geopark pertama di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara.
“Kalau usulan Gunung Rinjani menjadi geopark diterima Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), maka gunung tertinggi di NTB itu merupakan gunungapi pertama masih aktif yang menjadi geopark,” katanya.
Pulau Langkawi di Malaysia yang kini tercatat sebagai geopark pertama di Asia Tenggara dari 53 geoprak di seluruh dunia, 12 diantaranya di China merupakan bukit “meta sedimen”.
Menurut dia, Gunung Rinjani yang merupakan gunungapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (3.800 dpl) di Sumatera layak dan memenuhi syarat menjadi geopark, karena memiliki berbagai kelebihan.
Gunung Rinjani yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Lombok Tengah merupakan gunungapi yang memiliki geowisata potensial, selain itu juga memiliki panorama kaldera, danau, puncak, kawah, air terjun, mata air panas, goa, sejarah letusan dan aliran lava baru.
“Kerucut gunungapi Rinjani muncul di tepi timur kaldera yang memiliki danau berbentuk bulan sabit dan di dalamnya terdapat kerucut gunungapi baru yang tetap aktif hingga sekarang, berdasarkan penelitian gunungapi itu telah beberapa kali mengalami letusan besar,” katanya.
Hasil rangkaian letusan tersebut telah membentuk kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang memiliki morfologi dengan variasi batuan yang secara alami membentuk bentang alam yang menakjubkan.
Dia mengatakan, Gunung Rinjani yang merupakan bagian dari TNGR saat ini telah dikelola oleh sebuah badan yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan pelaku pariwisata dengan nama Rinjani Tracking Management Board (RTMB).
Sejak dikelola RTMB, Rinjani telah beberapa kali meraih penghargaan nasional maupun internasional antara lain World Agency Award 2004 dan Tourism For Tomorrow Awards (2006/2008).
“Karena itu saya optimis usulan agar Gunung Rinjani dijadikan geopark pertama diterima dan jika usulan itu berhasil maka akan menambah jumlah geopark dunia yang ada saat ini di bawah jaringan (UNESCO),” kata Igan.
Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Gunung Rinjani masih sebatas wisatawan minat khusus karena untuk mendaki harus melalui medan cukup sulit dan berat, untuk mencapai puncak gunung dibutuhkan waktu antara 8-12 jam.
Menurut data jumlah pendaki Gunung Rinjani sekitar 2.600 orang per tahun, sebenarnya jumlah pengunjung bisa lebih banyak kalau ada akses jalan menuju lokasi tersebut.
“Sebenarnya bisa saja menggunakan kereta gantung, namun karena di gunung tersebut terdapat gas sulfur maka akan mengakibatkan metal yang menjadi bahan kereta gantung akan cepat berkarat sehingga membahayakan,” ujarnya.
Karena itu, kata Igan, solusi yang bisa ditempuh agar lebih banyak wisatawan yang bisa menikmati keindahan Gunung Rinjani adalah dengan membuka kembali akses jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor hingga Plawangan.
Dari Plawangan tersebut bisa menikmati Danau Segara Anak yang berada di ketinggian 2.000 meter dpl, dengan cara itu maka kunjungan wisatawan ke Gunung Rinjani akan meningkat.(*)
Sumber : Antara
Peneliti Ahli Gunungapi/Geologi dari Badan Geologi Bandung Igan Supratman Sutawidjaja di Mataram, Selasa mengatakan, 53 geopark yang ada di 17 negara sekarang belum ada yang berstatus gunungapi aktif, geopark di Eropa umumnya merupakan bukit “meta sedimen” bukan gunungapi aktif.
Igan berada di Mataram mengumpulkan data dan informasi mengenai Gunung Rinjani berkaitan dengan rencana mengusulkan gunungapi tersebut menjadi geopark pertama di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara.
“Kalau usulan Gunung Rinjani menjadi geopark diterima Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), maka gunung tertinggi di NTB itu merupakan gunungapi pertama masih aktif yang menjadi geopark,” katanya.
Pulau Langkawi di Malaysia yang kini tercatat sebagai geopark pertama di Asia Tenggara dari 53 geoprak di seluruh dunia, 12 diantaranya di China merupakan bukit “meta sedimen”.
Menurut dia, Gunung Rinjani yang merupakan gunungapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (3.800 dpl) di Sumatera layak dan memenuhi syarat menjadi geopark, karena memiliki berbagai kelebihan.
Gunung Rinjani yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Lombok Tengah merupakan gunungapi yang memiliki geowisata potensial, selain itu juga memiliki panorama kaldera, danau, puncak, kawah, air terjun, mata air panas, goa, sejarah letusan dan aliran lava baru.
“Kerucut gunungapi Rinjani muncul di tepi timur kaldera yang memiliki danau berbentuk bulan sabit dan di dalamnya terdapat kerucut gunungapi baru yang tetap aktif hingga sekarang, berdasarkan penelitian gunungapi itu telah beberapa kali mengalami letusan besar,” katanya.
Hasil rangkaian letusan tersebut telah membentuk kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang memiliki morfologi dengan variasi batuan yang secara alami membentuk bentang alam yang menakjubkan.
Dia mengatakan, Gunung Rinjani yang merupakan bagian dari TNGR saat ini telah dikelola oleh sebuah badan yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan pelaku pariwisata dengan nama Rinjani Tracking Management Board (RTMB).
Sejak dikelola RTMB, Rinjani telah beberapa kali meraih penghargaan nasional maupun internasional antara lain World Agency Award 2004 dan Tourism For Tomorrow Awards (2006/2008).
“Karena itu saya optimis usulan agar Gunung Rinjani dijadikan geopark pertama diterima dan jika usulan itu berhasil maka akan menambah jumlah geopark dunia yang ada saat ini di bawah jaringan (UNESCO),” kata Igan.
Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Gunung Rinjani masih sebatas wisatawan minat khusus karena untuk mendaki harus melalui medan cukup sulit dan berat, untuk mencapai puncak gunung dibutuhkan waktu antara 8-12 jam.
Menurut data jumlah pendaki Gunung Rinjani sekitar 2.600 orang per tahun, sebenarnya jumlah pengunjung bisa lebih banyak kalau ada akses jalan menuju lokasi tersebut.
“Sebenarnya bisa saja menggunakan kereta gantung, namun karena di gunung tersebut terdapat gas sulfur maka akan mengakibatkan metal yang menjadi bahan kereta gantung akan cepat berkarat sehingga membahayakan,” ujarnya.
Karena itu, kata Igan, solusi yang bisa ditempuh agar lebih banyak wisatawan yang bisa menikmati keindahan Gunung Rinjani adalah dengan membuka kembali akses jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor hingga Plawangan.
Dari Plawangan tersebut bisa menikmati Danau Segara Anak yang berada di ketinggian 2.000 meter dpl, dengan cara itu maka kunjungan wisatawan ke Gunung Rinjani akan meningkat.(*)
Sumber : Antara
0 komentar:
Posting Komentar