Praya (Suara NTB) Banyak cara yang dilakukan para pejabat negeri ini untuk mengisi waktu luangnya. Seperti yang dilakukan Menteri Kesehatan RI, Hj. Siti Fadilah Supari. Di sela-sela kegiatannya yang padat, ia menyempatkan diri berlibur di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Sejumlah objek wisata yang ada didaerah ini, sempat dikunjunginnya, Sabtu (23/2) kemarin.
"Saya datang ke sini (Loten-red) untuk menenangkan diri," aku Menkes kepada wartawan di Dusun Jeranjang Desa Selebung Batukliang, Loteng. Ia mengakui, kedatanganya ke Loteng kali ini tidak dengan membawa agenda khusus atau yang bersifat kenegaraan. ‘’Hanya berlibur.’’ Menkes dengan busana santai yang dikenakannya, terlihat ditemani beberapa anggota keluarga dan staf protokolnya.
Dalam liburannya di Loteng, Menkes menyempatkan diri mengunjungi beberapa objek wisata seperti Pantai Kute, kawasan wisata alam Jeranjang, serta sentra kerajinan kain tenun Desa Sukarare Jonggat. Selama mengungjungi objek wisata tersebut, turut mendampingi Bupati Loteng, HL. Wiratmaja, Kadikes NTB, dr.Baiq Magdalena, Wabup Loteng, HL. Suprayatno, Dandim 1620 WB Praya, Letkol Inf. Kus Arisena serta Kadiskes Loteng, dr. Nurhandini Eka Dewi serta sejumlah pejabat terkait lainnya.
Didesak apakah kedatangannya, untuk menghindar sementara dari kontroversi penerbitan buku karangannya bertajuk “Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burun’’, tidak dibantahnya. Meski tidak secara langsung disampaikan, namun ia menegaskan, dirinya datang ke Loteng hanya ingin menenangkan diri. ‘’Saya ke sini mau menghindar dari wartawan. Tapi ternyata wartawan ada juga yang ikut,’’ selorohnya.
Keberadaan buku tersebut, memang saat ini masih menjadi kontroversi. Namun terlepas dari itu semua, jelas Menkes, buku itu hanya salah satu bagian dari perjuangan dalam
menegakkan keadilan bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Bahwasanya, kebijakan yang harus diterapkan WHO haruslah adil, dengan tetap mengedepankan kepentingan semua negara. Bukan hanya negara maju saja, tapi juga negara berkembangan.
Menurut pandangannya, selama ini kebijakan WHO terkesan tidak adil bagi negara berkembang. Tapi lebih mengedepankan kepentingan negara maju. ‘’Inilah yang
ingin diperjuangkan. Dan dalam buku tersebut semua sudah dimuat dan diaspirasikan,’’ jelasnya. Ditambahkannya, dalam persoalan ini dirinya tidak mau berpihak kepada
siapapun. Tidak kepada WHO tidak juga kepada Amerika. Karena tujuannya hanya satu, kebersamaan dan terwujudnya keadilan bersama. (kir)
0 komentar:
Posting Komentar